Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu yang lama, biasanya terjadi pada masa 1000 hari pertama kehidupan yaitu dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Stunting terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya, sehingga mengalami gangguan pada pertumbuhan fisik dan otak yang dapat berdampak pada kemampuan belajar, kesehatan, dan produktivitas di masa depan. Anak yang mengalami stunting biasanya memiliki tinggi badan rata-rata anak seumurannya dan berat badan dan lebih rendah dari standar yang seharusnya. Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Dari permasalahan tersebut, Iswatun Mei Suciati yang merupakan salah satu mahasiswa Universitas Negeri Malang prodi S1 Fisika dan didampingi oleh dosen pembimbing Dr.Robi Kurniawan, M.Si. tergerak untuk turun ke lapangan dengan melakukan kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan stunting di Desa Keciput, Belitung dalam program Semangat Muda Indonesia. (6-7/3/2023). Dan pastinya, Kepala Desa Keciput Pratiwi Perucha, S.S., M.H. juga sangat berharap bahwa program ini dapat terlaksana dengan lancar dan dapat terus diterapkan oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di Belitung terkait hidup sehat dan gizi seimbang.

Program Semangat Muda Indonesia diketuai oleh Siti Nur Azizah, S.E., M.Si. Alasan beliau memilih Kepulauan Bangka Belitung sebagai lokasi kegiatan karena provinsi itu memiliki angka stunting yang cukup tinggi di Indonesia yang mencapai 18,5 persen.

“Sebagai seorang mahasiswa, saya percaya bahwa penggerakan stunting sangat penting untuk dilakukan demi mencapai generasi yang sehat dan cerdas di masa depan, khususnya di Desa Keciput yang merupakan desa wisata dan menjadi wajah utama bagi wisatawan yang datang ketempat ini,” bunyi keterangan dari salah satu mahasiswa UM tersebut.

Penggerakan stunting ini dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, karena program tersebut tidak dapat berjalan dengan sukses tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Pihak yang terlibat diantaranya yaitu pemerintah, organisasi 1000daysfund (organisasi yang sudah bekerjasama dengan BKKBN), organisasi gerakan bebas stunting, serta seluruh masyarakat yang ada di Belitung.

Untuk menggerakkan program stunting tersebut, dari Semangat Muda Indonesia membentuk sebuah kelompok pemuda dari seluruh Indonesia yang berjumlah 5 orang dengan fasilitator drh.Ayesha Azalea Yunelsa. Dari kelompok tersebut memiliki dua program kerja, yaitu program Si Ceting (Poster Pintar Pencegahan Stunting) dengan ibu hamil dan bayi berusia di bawah 2 tahun dan demonstrasi PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat). Jadi, kelompok tersebut tidak hanya menggerakkan program stunting saja akan tetapi juga menggerakkan program hidup sehat.

Setiap program kerja terdapat penanggung jawab masing-masing. Untuk penanggung jawab stunting, yaitu Zahra Hidayati Krisnadi, S. Tr.Gz, RD, Almas Barizah Fathaniah, dan Iswatun Mei Suciati. Sedangkan untuk penanggung jawab PHBS, yaitu Sabilla Rahmaningrum Aziz, Amd. Kep dan Dini Hairun ‘Ilmi Wijaya, Amd. Kep.

Pelaksanaan program stunting dilakukan secara door to door karena ada beberapa kemungkinan, salahsatunya adalah kurang fahamnya cara menempelkan poster pintar stunting. Untuk pelaksanaan program ini dibantu oleh ibu Rosilawati, ibu Mardiana, dan ibu Rosmini yang merupakan kader Posyandu Melati 1 Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung dan sebelumnya sudah kami briefing tentang stunting.
Ketika penyuluhan stunting, respon masyarakat sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari antusiasme warga saat menyimak dengan saksama ketika mengikuti edukasi tentang stunting. Selain itu, masyarakat juga bersedia dan mengizinkan kami untuk memasang poster pintar stunting yang berupa pengukuran tinggi badan sebagai indikator perkembangan balita. Poster pintar stunting yang berhasil kami tempelkan di setiap rumah sejumlah 35 poster.

Program selanjutnya adalah demonstrasi PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat). PHBS merupakan konsep penting dalam menjaga kesehatan individu dan masyarakat. Program PHBS yang kemi gerakkan memiliki dua program, yaitu sikat gigi dan mencuci tangan dengan sabun secara teratur. Sasaran untuk program ini adalah anak-anak kelas 1 dan kelas 2 di Sekolah Dasar Negeri 16 Sijuk. Sejumlah 60 siswa siswi SDN 16 Sijuk terlihat antusis dalam mengikuti demonstrasi gosok gigi dan cuci tangan yang baik dan benar.

Sebagai pemuda Indonesia, kita harus bisa menjadi agen perubahan dalam hal ini dengan menyebarkan informasi tentang PHBS kepada anak-anak. Dengan menerapkan PHBS secara konsisten, kita dapat meminimalkan resiko terkena berbagai penyakit menular, meningkatkan kualitas hidup, serta menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif.

Loading