0341-552180 fisika.fmipa@um.ac.id
Daristan, Irlia Risandila. 2009. Pemodelan Keberadaan Tanah Berongga Dengan Menggunakan Metode Geolistrik (Penelitian Laboratorium). Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Burhan Indriawan S.Si., M.Si. (II) Daeng Achmad Suaidi, S.Si, M.Kom.

Kata kunci: Geolistrik Resistivitas, konfigurasi Schlumberger, Sounding Mapping, Rongga.

 

Metode geolistrik tahanan jenis adalah salah satu metode geofisika yang memanfaatkan distribusi resistivitas untuk mengetahui struktur geologi di bawah permukaan bumi. Metode ini banyak digunakan untuk pencarian air tanah, monitoring pencemaran air tanah, eksplorasi geothermal, aplikasi geoteknik dan penyelidikan di bidang arkeologi.

Penelitian geolistrik menggunakan pemodelan di laboratorium dengan menggunakan metode resistivitas konfigurasi Schlumberger Sounding-Mapping dimaksudkan untuk menguji metode geolistrik dalam penerapannya di bidang geoteknik, yaitu mempelajari pola anomali akibat adanya rongga dalam tanah. Dimana benda berongga yang digunakan berbentuk silinder terbuat dari semen cor sebagai analogi dari rongga dalam tanah. Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam pengukuran adalah konfigurasi Schlumberger Sounding-Mapping.

Pengolahan dan interpretasi data menggunakan software Res2Dinv ver 3.54x  untuk mengetahui pencitraan penampang anomali. Dari hasil interpretasi, menunjukkan bahwa distribusi nilai resistivitas semu yang terukur dapat memperkirakan keberadaan rongga di dalam tanah. Pada analisis data resistivitas pasir setelah adanya benda berongga yang ditanam pada posisi 0o terhadap lintasan pengukuran, terlihat sebaran nilai resistivitas antara 837 Om sampai 99694 Om. Pola anomali akibat rongga ditunjukkan dengan warna biru tua, berada pada skala horizontal yang berkisar antara 0,775-0,975 m dan pada skala vertikal yang berkisar antara 0,093-0,240 m. Dari perhitungan skala tersebut, didapatkan posisi anomali tersebut berada pada skala 0,093 yang berarti pada kedalaman sekitar 0,093 m. sedangkan pada analisis data resistivitas pasir setelah adanya benda berongga yang ditanam pada posisi 90o terhadap lintasan pengukuran, terlihat sebaran nilai resistivitas antara 172 Om sampai 1776348 Om. Pola anomali akibat rongga ditunjukkan dengan warna biru tua, berada pada skala horizontal yang berkisar antara 1,025-1,275 m dan pada skala vertikal yang berkisar antara 0,126-0,289 m. Dari perhitungan skala tersebut, didapatkan posisi anomali tersebut berada pada skala 0,126 yang berarti pada kedalaman sekitar 0,126 m. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai resistivitas yang terukur dapat memprediksikan letak rongga dalam tanah. Jadi melalui penelitian ini diharapkan memberi informasi ke masyarakat tentang struktur geologi bumi.