Pemberian matakuliah kewirausahaan di beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dimaksudkan untuk memberikan nilai lebih pada para lulusan perguruan tinggi yang bersangkutan. Maksud diberikannya matakuliah ini adalah agar mahasiswa mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri atau menjadi sosok entrepreneurship yang mandiri kelak setelah mereka lulus. Namun, sayangnya matakuliah ini hanya menjadi matakuliah pilihan di beberapa perguruan tinggi.

Baca juga di blog

Matakuliah ini masuk kelompok pendidikan adaptif yang digabungkan kedalam kelompok matakuliah lain sesuai dengan program kuliah masing-masing mahasiswa. Disinilah dibutuhkan peran seorang dosen pengampu matakuliah yang mampu mengubah dan menggugah perilaku mahasiswa agar mempunyai pemahaman dunia usaha dalam masyarakat sehari-hari khususnya di lingkungan mereka. Nantinya diharapkan mereka mampu untuk menerapkan prilaku kerja yang inovatif sesuai dengan kemampuannya. Focus pada matakuliah ini adalah pengembangan perilaku mahasiswa yang mampu mengubah pola pikirnya menjadi mahasiswa yang berjiwa entrepreneurship sebagai sebuah fenomena empiris yang terjadi di lingkungannya. Pada kasus lain, mahasiswa dituntut lebih adaptif terhadap fenomena ekonomi lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran kewirausahaan ini diharapkan mampu menghasilkan prilaku wirausaha dan jiwa kepemimpinan dalam diri mahasiswa. Dengan bekal tersebut, mereka diharapkan mampu untuk mengelola usaha dan berusaha secara mandiri.

Kontribusi UMKM Pada Perekonomian
Memasuki masa reformasi yang ditandai dengan perkembangan ekonomi yang mengarah pada persaingan global, UMKM dituntut kesiapannya untuk menghadapi persaingan dan merespons pasar. Keberadaan UMKM dihadapkan pada kelambatan UMKM untuk melakukan amalgamasi (merger), sehingga banyak fungsi-fungsi koperasi skala kecil yang sejenis menjadi tidak efisien. UMKM justru saling bersaing berebut pangsa pasar yang sangat terbatas.
Kondisi krisis negara yang multi dimensional telah membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah menunjukkan peran yang sangat penting dalam menggerakkan ekonomi baik dalam lingkup nasional maupun daerah. Sejalan dengan itu, perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah terhadap sektor UMKM pun dari waktu ke waktu semakin besar.

Hal ini terbukti dengan banyaknya inisiatif yang ditujukan untuk pengembangan usaha kecil menengah (UMKM) oleh berbagai pihak. Peran UMKM dalam perekonomian sebuah negara, termasuk Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Begitu juga sebaliknya, posisi kewenangan penuh pemerintah telah direspon positif oleh masyarakat daerah guna mendukung terwujudnya kestabilan ekonomi, politik, budaya dan sosial yang bersifat permanen.

Pengembangan ekonomi berbasis UMKM akan membawa manfaat yang berlipat ganda. Pertama, nilai strategis sektor ini dalam skema pertumbuhan ekonomi yang dikontribusikan oleh sektor manufaktur, bisnis eceran dan penyerapan tenaga kerja. Kedua, memiliki potensi untuk menjadi lokomotif pemerataan. Selama ini perekonomian nasional diwarnai ketimpangan akibat tidak meratanya penyebaran dan perputaran uang yang terkonsentrasi di Jakarta dan kota besar lain. Kantong-kantong kemiskinan tumbuh dimana-mana dan disparitas ekonomi-sosial semakin melebar. Disinilah sektor UMKM sangat berperan untuk mendorong tumbuhnya industri kecil, kerajinan rakyat, kerja informal dan koperasi.

Sebagai contoh adalah keberadaan UMKM di Jawa Timur, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim tahun 2007, jumlah penduduk mencapai miskin 7,1 juta orang, dan 800 ribu di antaranya pengangguran. Oleh karena itu, untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat, idealnya perekonomian harus ditopang dan digerakkan oleh sektor industri dan produksi. Namun kondisi usaha di Indonesia saat ini belum sepenuhnya pulih dari krisis, sehingga kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi belum optimal. Untuk menghindari pertumbuhan ekonomi dari kerapuhan, sektor UMKM harus dipacu untuk lebih maju. Sektor informal lebih berpeluang untuk menggerakkan perekonomian daerah dari sisi produksi dan bukan konsumsi. Setidaknya hal ini dikarenakan potensi dan pangsa pasar produksi UMKM sangat besar. Dan untuk menunjang hal tersebut, pemerintah telah memfasilitas kredit lunak, yang mana angka kredit bermasalah UMKM relatif lebih rendah dibandingkan NPL kredit korporasi.

Disamping itu, Di Jatim terdapat 2.320.000 Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah (PMKM) yang tersebar di berbagai sektor usaha. Jatim juga menjadi prioritas Kementerian Negara Koperasi dan UKM RI untuk mengembangkan wirausaha baru sebanyak 1.010.000 unit pada 2006-2009, dan 11.640 koperasi berkualitas pada waktu yang sama. Untuk wirausaha baru, selama 2007 pertumbuhannya mencapai 277.333 unit, atau melebihi 110,09% dari yang ditargetkan sebanyak 251.908 unit. Angka pertumbuhan itu bisa dikatakan suatu prestasi yang diraih pada 2007, sebab pada tahun sebelumnya hanya mampu merealisasikan 226.389 unit wirausaha baru, atau kurang 89,05% dari yang ditargetkan sebanyak 254.218 unit. Jika demikian, maka target yang akan diraih pada 2008 tinggal 227.366 unit dari yang ditargetkan semula yakni 252.791 unit. Jika pada 2008 terus melampaui target, maka otomatis target 2009 sebanyak 251.083 unit juga akan berkurang.

Jika angka peningkatan wirausaha baru terus menggembirakan, maka hal itu akan menunjang peningkatan ekonomi Jatim, pasalnya Potensi UKM di Jatim menurut data Badan Pusat Statistik Propinsi Jatim 2006 sebanyak 2,5 juta unit di sektor informal, dan mikro kecil 1,7 juta jadi totalnya 4,2 juta. Jumlah tersebut pada akhir 2007 memberi kontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim 2007 hingga 53%.

Kendala
Pembangunan UMKM di Jatim terkendala oleh beberapa hal di antaranya, masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), rendahnya manajemen usaha, daya saing produk, akses permodalan dan belum optimalnya jaringan kerjasama usaha. Karena itu, Pemprop Jatim terus merumuskan upaya konkret dalam rangka pemberdayaan UKM dan koperasi, sehingga kelompok pelaku usaha ini mampu mengambil perannya sebagai pelaku ekonomi kerakyatan. Kondisi UMKM tersebut sulit untuk berkembang dikarenakan kurangnya permodalan, pembinaan, pemberdayaan, peluang, struktur pasar yang lemah, daya saing rendah, mutu produk kalah dengan mutu produk luar, analisa peluang tidak pernah utuh, kurangnya promosi, sumber daya manusia (skill), hal ini tidak didukung oleh trush (kepercayaan) pemerintah/perbankan dalam memberikan pinjaman modal, terbukanya akses teknologi yang kurang mendukung, etos kerja / enterpreneurship yang rendah.

Agar dapat bertahan di era persaingan ini, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) perlu memikirkan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Salah satu strateginya adalah menggunakan Information Technology (IT) yang mencakup teknologi informasi dan Komunikasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat dengan penggunaan TI informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat. Komunikasi juga dapat lebih efektif dan efisien. Kemudahan mengakses informasi dan kemudahan dalam berkomunikasi memberikan peluang bagi UMKM untuk mencari peluang ekspor maupun peluang bisnis lainnya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan daya saing UMKM adalah teknologi informasi (TI).

Dengan melihat pada perkembangan teknologi informasi dan tuntutan pasar yang semakin singkat dan kompetitif serta lingkungan pengoperasian yang semakin kompleks, maka pengembangan UMKM di lingkungan mahasiswa perlu untuk ditingkatkan. Upaya tersebut sebenarnya tidak terlalu sulit dilakukan, sebab dari aspek manapun baik teknologi, SDM, maupun skill mahasiswa mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk-produk yang dihasilkan.

Peran Dosen Kerwirausahaan
Begitu berat tuntutan dan apresiasi yang diberikan terhadap matakuliah kewirausahaan ini, maka dosen kewirausahaan harus mempunyai metode dan system pembelajaran yang beragam guna menyampaikan materi pada mahasiswa. Materi yang diberikan tidak terfokus pada teori, tetapi lebih pada aplikasi praktik yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa. Di lingkungan kampus, mahasiswa mulai semester satu hingga semester akhir perkuliahan dituntut untuk selalu adaptif terhadap lingkungan baru yang lebih beragam. Peran dosen pengampu matakuliah ini sangat penting (jika tidak disebut vital) dalam metode pembelajaran dan penumbuhan jiwa kewirausahaan mahasiswa dalam ruang lingkup adaptif. Dosen memberikan uraian singkat yang jelas, terang dan mendalam disertai dengan uraian serta analisis contoh-contoh nyata, sehingga kemampuan mahasiswa yang semula nol kewirausahaan menjadi meningkat dan langsung dapat praktek baik di internal maupun eksternal kelas.

Jika seorang dosen pengampu matakuliah ini sangat mumpuni, maka tinggal kemauan mahasiswa untuk menerapkan hal tersebut secara sungguh-sungguh. Bahkan tidak menutup kemungkinan bagi mahasiswa yang mumpuni, akan terus melanjutkan wirausahanya menjadi sebuah bisnis digeluti setelah lulus dari kuliah sehingga tanpa perlu mencari pekerjaan lain. Namun, sudah menjadi kebiasaan umum yang sudah tentu ada kendala dan rintangan dalam perjalanan. Baik mengenai produk yang dijual, daya saing, promosi, harga, persaingan pembeli, atau pemasaran. Kendala yang paling berat adalah rasa malu (gengsi) dari diri mahasiswa untuk menjual produknya sendiri.

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa diperlukan ketelatenan dari seorang dosen pengampu matakuliah ini baik dalam memberikan contoh langsung maupun jenis praktek yang diujicobakan mahasiswa ketika menempuh matakuliah ini.

Penutup
Bantuan modal kewirausahaan jika dioperasionalkan oleh mahasiswa dengan baik maka akan memberi kontribusi yang besar terhadap kehidupan mahasiswa. Minimal dalam jangka pendek, mahasiswa yang bersangkutan mampu untuk mandiri selepas lulus tanpa kebingungan mencari pekerjaan karena tidak menganggur. Kalaupun nantinya mereka ingin bekerja di tempat yang sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni, minimal menjadi bekal ketika terjun ke lingkungan masyarakat.

Semakin banyaknya mahasiswa yang terjun kedalam kewirausahaan ini menjadi semakin banyaknya wirausahawan baru yang berpendidikan tinggi. Kedepan, banyaknya tenaga terampil di sector swasta menjadikan perekonomian Indonesia mampu berkembang. Dengan menjadi pengusaha mereka bekerja untuk diri mereka sendiri yang tidak mengandalkan sector pemerintah yang sangat terbatas.

Loading