Nugrahani, Evi. 2011. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis 2D Konfigurasi Wenner Untuk Penentuan Bidang Gelincir Tanah Longsor di Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Sutrisno, M.T. (II) Daeng Achmad Suaidi, S.Si, M.Kom.

Kata kunci: Geolistrik, Wenner, Res2Dinv, Bidang Gelincir, Tanah Longsor.

Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas lempeng inilah pada umumnya aktifitas tektonik utama berlangsung, seperti misalnya tumbukan. Akibat adanya aktifitas tektonik tersebut, biasanya gempa bumi dan letusan gunung api akan terjadi tidak jauh dari batas-batas lempeng tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia sangat banyak dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Misalnya, tanah longsor yang sering terjadi di Indonesia. Salah satu daerah yang rawan longsor di Indonesia adalah di daerah Malang.

Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan dalam penelitian potensi tanah longsor adalah metode geolistrik tahanan jenis atau metode resistivitas. Resistivitymeter OYO McOHM Vertical Sounding dan Lateral Mapping atau yang biasa disebut dengan teknik pengambilan data 2D (dua dimensi). Penelitian geolistrik di Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Daerah tersebut terletak pada daerah aliran sungai yang tidak berpelengseng. Kemiringan tanah di sekitar sungai rata-rata 30 derajat.Tujuannya adalah menginterpretasi informasi lapisan bawah permukaan tanah pada areal yang diteliti. Interpretasi dan analisis datanya menggunakan software Res2Dinv.

Pengolahan dan interpretasi data menggunakan software Res2Dinv untuk mengetahui pola pencitraan penampang anomali. Dari perbedaan nilai resistivitas yang dimiliki bidang longsor menunjukkan suatu ketidakseragaman (anomali) dari suatu struktur lapisan bawah permukaan. Pada lintasan yang searah dengan arah aliran sungai, pola anomali akibat adanya  bidang gelincir terletak pada bentangan 3-16 meter dengan kedalaman 0,5-3,7 meter dan pada bentangan 34-48 meter dengan kedalaman 6,37-7,91 meter. Pola anomali akibat adanya bidang gelincir ditunjukkan dengan warna kuning yang memiliki nilai resistivitas 165-179 Ωm. Sedangkan pada lintasan yang tegak lurus dengan arah sungai, pola anomali akibat adanya bidang gelincir terletak pada bentangan 14-18 meter dengan kedalaman tanah sekitar 0,5-2,55 meter. Pola anomali akibat adanya bidang gelincir ditunjukkan dengan warna kuning yang memiliki nilai resistivitas 70,8-403 Ωm. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada daerah aliran sungai terletak pada daerah yang rawan longsor.

Loading